Minggu, 28 Agustus 2011

ibu, ibu dan ibu !!!

Akankah kita membuat sang Bunda senantiasa tersenyum hingga diusia senjanya? Beliau adalah sosok pahlawan yang membuat kita bisa berdiri tegar seperti sekarang. Bisakah kita merawatnya kelak sebagai wujud balasan cinta? Jawaban apa yang akan kita beri? Mungkin “ya” saat ini. Tetapi siapa tahu nanti karena kesibukan kita dalam bekerja, kita anggap mereka terlalu merepotkan. Apalagi kita sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Hanya ada satu keputusan, kita akan membawa sang bunda ke panti jompo. Beberapa bulan kemudian, kita dapat telepon dari panti jompo yang mengatakan, “Ibu Anda sudah meninggal.” Akankah kita berbuat lebih kejam lagi untuk sang bunda?

Mungkin ini salah wujud penghargaan yang diberikan kepada seorang ibu atas segala jasa dan pengorbanannya. Menurut saya memang pantas. saya pun mengambil HP yang tergeletak di meja kamar kostku. saya mulai merangkai kata-kata indah untuk ibu. Sebelum saya tekan tombol send, kubaca ulang tulisanku tadi. Terlalu berlebihan, ibu saya tidak akan paham kata-kata puitis seperti ini. saya tekan tombol edit, jemari mulai mengetik. SMS terikirm. Beberapa menit kemudian, balasan pesan ibu  saya terima. “Kok pake ucapan hari ibu segala, hari ibu itu seharusnya setiap hari. Oh ya, minggu depan kamu pulang?” saya tersenyum sendiri membaca pesan ibu. saya jadi berpikir tentang pendapat ibu, memang benar kalau tidak cukup perhatian dan waktu kita untuk ibu tercinta hanya sehari saja.

‘Besok kamu pulang?’ Itulah pesan yang selalu sayaterima dari ibu setiap hari Jumat. Dari dulu seperti itu, tidak ada kata-kata lain yang lebih kreatif. Padahal ibu tahu, Melihat saya pulang dengan keadaan sehat saja ibu sudah senang. Waktu mendengar kata-kata ibu, hati saya trenyuh. Dan saya baru sadar akan makna pesan ibu yang super sangat singkat itu.

Minggu sore, saatnya saya balik ke bandar lampung. saya cium tangan ibu saat berpamitan. Tanpa bicara, ibu masih berdiri di ambang pintu rumah mengantar kepergian saya. Begitu sampai di pul bis puspa, bus tarif biasa jurusan bandar lampung lewat bandar jaya telah mengangkutku. Sekitar empat puluh menit perjalanan. Waktu yang cukup untuk memejamkan mata sejenak. Tapi suara guyuran hujan membangunkan saya. Bus berhenti di sebuah perempatan kota bandar jaya. Dari balik kaca saya lihat titik-titik air yang kian membesar berjatuhan dari atas langit, seorang ibu muda dengan perut berisi calon jabang bayi setengah berlari menerjang hujan. Tanpa payung. Dia pun segera masuk kedalam bus dalam keadaan setengah basah. Bola hitam matanya mencari tempat duduk kosong. Tanpa pikir panjang, saya mengangkat tangan. Seperti kode rahasia, perempuan itu pun langsung menempati bangku kosong disamping saya. Dia tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang sudah membendung dipikiran saya untuk mengetahui perjalanan hidupnya, tapi saya  menunggu waktu yang tepat. Hingga saya lontarkan pertanyaan paling umum dan mendasar, “Turun mana Mbak?”

Awal yang bagus. Dan kisahnya terekam dalam memori otak saya. Namanya Mbak Iin. Ditengah kehamilannya yang menua – berusia 7 bulan, dia ke bandar lampung untuk bekerja sebagai karyawan toko di sebuah mall. Dia harus tetap bekerja sampai masa cuti hamil tiba. Jika tidak demikian, gaji tidak bakal didapat. Bukankah biaya persalinan saat ini tidak murah? Apalagi suaminya telah tiada sejak usia kandungannya satu bulan. Tapi mbak Iin sungguh tegar, tiada keluh kesah dalam setiap perkataannya. Dia menghadapi kemelut cobaan hidup ini dengan rasa syukur. Perjuangan seorang ibu yang luar biasa. Diakhir obrolan kami, mbak Iin berkata, “Bayi dalam kandungan ini yang membuat saya bertahan untuk hidup. Kamu masih muda, jangan pernah mengecewakan ibumu.”

sampai lah saya di bandar lampung,, eitss belum selesai temen2 lanjut ceritanya.
beberapa minggu kemudian:
saya sedikit kaget, SMS dari ibu. “Besok hari Sabtu, kamu gak pulang?” Seketika saya tersenyum sendiri membaca pesan ibu yang selalu sama itu. ibu… ibu…. seandainya ibu ada didepan saya sekarang, saya akan memeluk dan mencium pipi ibu.dan setelah shalat jumat di masjid islamic center deket tempat kost saya,  saya pun segera bersiap mau pulang dan kali ini gak naek bis puspa melainkan naek kereta (maklum lebih murah dan duit lg tipis..hehe)

dan saya pun di anter sahabat saya ke stasiun, dan seperti biasa kereta pun udah penuh sesek dan saya harus berdiri di kereta ini ada banyak sekali pedagang asongan mondar mandir, dan saya iba melihat seorang nenek yang masih berjualan walau usianya sudah sangat sangat tua, saya pun membeli kuenya, dan saya tanya namanya mbah asni namanya, sya pun semakin iba. di dalem pikiran saya "saya yang masih muda aja, jika harus berjualan keliling demi menjajakan kue seperti mbah Asni belum tentu sanggup. Usianya sudah berkepala tujuh, namun dia masih harus bekerja. Jam lima pagi, mbah Asniharus  menyusuri gerbong gerbong kereta yang. Di sebuah rumah kecil, mbah Asni mengambil kue-kue titipan lalu menjajakannya keliling gerbong kereta. Apa daya, sang suami tidak mampu bekerja lagi karena sakit. Keuntungan dari hasil jualan kue, digunakannya untuk hidup sehari-hari dan cicilan sewa rumahnya tiap bulan.

Berapa keuntungan hasil menjual kue? saya sendiri hanya gigit jari dan menunduk malu ketika mbah Asni menyebutkan nominalnya. Lalu dimana anaknya? Air matanya tiba-tiba menetes. “Anakku wes ndak gelem karo wong tuwone. Wes pirang-pirang tahun ndak muleh.” (Anakku sudah tidak mau dengan orang tuanya. Sudah bertahun-tahun tidak pulang). Mendengar jawaban itu, hati saya berteriak. Berontak. Ya Tuhan, cerita Malin Kundang telah berjaya dengan berbagai versi. Akankah kita berbuat lebih kejam lagi sebagai balasan wujud cinta kepada ibu?

dan sampailah saya di rumah, seperti biasa sampai di rumah istirahat sebentar terus buka laptop tuk sekedar buka pesbuk n twitter. dan lain2.
“Say it with Blog Writing Contest”, saya membaca tulisan itu di internet. Tentang siapa orang yang paling kamu cintai. saya sudah tahu jawabannya, dan Ibu, adalah jawaban cinta yang sebenarnya. Bukankah cinta itu harus tulus? Bukankah cinta itu memberi tanpa mengharap balasan? Bukankah cinta itu tidak cukup hanya sehari? Bukankah cinta itu perasaan senang jika kita berada di dekatnya? Bukankah cinta itu adalah naluri yang bekerja merasuki setiap hal terkecil apa yang kita rasakan? Bukankah cinta itu butuh pengorbanan? Bukankah cinta itu perjuangan? Dan semua cinta itu hanya saya temukan dalam diri ibu. Dering sms saya pun berbunyi. Ya Tuhan, pesan dari ibu. saya selalu tersenyum jika membaca pesan ibu. Dan satu lagi, bukankah cinta itu adalah orang yang membuatmu tersenyum dan mengirimu pesan ‘besok kamu pulang’? sebuah isi sms singkat tapi sangat saya rindukan, ibu maafkan saya yang belum bisa membahagiakanmu, yang selalu merepotkan mu.
ibu kamu selalu di hati saya, begitu pun ayah, saya cinta dan kangen kalian terutama sms ibu yang berbunyi ‘besok kamu pulang’?doakan anakmu ini sukses di hari kelak. aminn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar